Ngarumat Barang Pusaka Kabuyutan Bumi Alit

 

Rabu malam (23/12)  setelah selesai shalat maghrib, saya memberanikan diri untuk masuk ke lingkungan situs Bumi Alit di Lebakwangi – Batukarut, Banjaran. Menurut informasi yang saya terima, malam itu ada acara yang akan digelar semalam suntuk sebelum acara inti digelar keesokan harinya, Kamis (24/12). Akan tetapi , hanya ada anak – anak yang sedang latihan menabuh gamelan malam itu.

Saya cukup beruntung  malam itu , karena terdapat beberapa orang panitia di sana. Salah satunya Bapak. H. Itang Wismaya yang terkadang menjadi penabuh  gamelan “Goong Renteng”. Beliau  cukup membantu memberikan informasi terkait  rangkaian acara inti Kamis esok hari, yang meliputi acara memandikan pusaka yang disimpan di dalam Bumi Alit sepanjang tahun dan juga acara memandikan Gamelan yang menjadi acara utama .

Kamis Pagi keesokan harinya setelah melaksanakan aktifitas rutin di rumah , sekitar pukul 6.00 saya mulai berangkat ke Bumi Alit. Cukup setengah jam sajawaktu yang diperlukan  untuk sampai di sana. Setelah saya tiba di sana, terlihat masih belum banyak orang yang masuk area Bumi Alit. Namun, para pupuhu dan panitia juga Kuncen sudah hadir.

DSCF1074
para Pupuhu berkumpul sebelum memandikan senjata pusaka (foto doc. Pribadi)

Kami para peliput dipersilahkan masuk ke dalam Bumi Alit untuk mengikuti proses memandikan pusaka yang hanya dikeluarkan setiap tanggal 12 Rabiul Awal atau setiap memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.  Sekitar pukul 7.15, acara di Bumi Alit dimulai. Suasana heningpun menyelimuti semua yang ada di dalam Bumi Alit,dan kami sempat dikagetkan oleh seseorang yang menangis sebelum pusaka dikeluarkan.

Saat kami sedang menunggu acara memandikan pusaka, tiba – tiba melintas  arak – arakan Gamelan yang dibawa dari rumah kuncen. Gamelan tersebut akan  dimandikan  setelah acara memandikan pusaka selesai. Kami para peliputpun dengan sopan langsung keluar, sedikit berlari, untuk mendapatkan momen arak – arakan Gamelan. Setelah mengambil sedikit gambar, kami masuk kembali ke dalam Bumi Alit, dan acara pun dimulai.

Satu persatu benda pusaka yang dibalut oleh kain kafan mulai dikeluarkan. Setelah seluruh barang dikeluarkan , kuncen menerangkan bahwa semua barang pusaka akan dimandikan secara berurutan. Dari pusaka yang yang dimandikan pertama, kedua, ketiga,  begitu seterusnya sampai terakhir.

Gobang, salah satu pusaka yang dikeluarkan untuk dimandikan
Gobang, salah satu pusaka yang dikeluarkan untuk dimandikan (foto doc Pribadi )

Jika proses memandikan pusaka didalam Bumi Alit dalam keadaan hening, lain halnya dengan proses memandikan Gamelan yang sudah ditunggu oleh banyak orang. karena proses memandikan Gamelan ini dilakukan di lingkungan luar Bumi Alit, dan bisa disaksikan oleh khalayak ramai. Beberapa orang mulai merapat ke tempat pemandian Gamelan yang disediakan di samping bale. Sebelum gamelan mulai dimandikan, para petugas yang bertugas memandikan Gamelan berdoa terlebih dahulu. Sesaji pun disiapkan dan wangi harum kemenyan  mulai merebak di sekitar pemandian.

DSCF1136
berdoa sebelum memandikan Goong Renteng      (foto doc Pribadi)

Banyak orang membawa botol air mineral sampai ember untuk  menampung air bekas memandikan Gamelan secara berebut. Anak – anak dan sejumlah ibu – ibu bahkan dengan sengaja  berdiam di bawah Gamelan yang sedang dimandikan.

anak - anak mandi di bawah Goong renteng  (foto doc pribadi)
anak – anak mandi di bawah Goong renteng
(foto doc pribadi)

 

Gamelan “Goong Renteng”  adalah seperangkat gamelan yang masih utuh dan lengkap peninggalan dari leluhur Lebakwangi. Sering disebut juga dengan nama gamelan Embah Bandong.  Ada yang mengatakan kalau usia Goong Renteng dan Juga Pusaka yang ada di Bumi Alit itu sudah mencapai ribuan tahun. Kalimat ini sering diutarakan oleh para keturunan Lebakwangi. Namun memang diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan usia sebenarnya dari Gamelan tersebut.

Selesai dimandikan, Pusaka di Bumi Alit kembali ditutup oleh kain kafan dan disimpan d idalam Bumi Alit. Lain halnya dengan perangkat Gamelan, yang setelah dibersihkan  dan diberikan wewangian akan ditabuh oleh para nayaga  yang sudah bersiap di bale Situs Bumi Alit. Kebanyakan dari nayaga tersebut sudah berusia sepuh , hanya ada satu orang yang masih terlihat muda.

Pagi itu, banyak dari keturunan Lebakwangi yang biasa dipanggil Seuweu Siwi berdatangan ke situs Bumi Alit sambil membawa tikar dan makanan ( banyak pula yang membawa nasi tumpeng). Nasi dan lauk paukyang mereka bawa tersebut tidak dimakan langsung melainkan disantap setelah ada perintah dari pembawa acara.

Pukul 8.45 semua pusaka sudah selesai dimandikan.Pembawa acara kemudian naik ke podium untuk sekedar memberi pengumuman . Beliau meminta kepada para nayaga untuk memainkan satu buah lagu sebagai hiburan bagi para Seuweu Siwi dan masyarakat yang sudah hadir di acara yang rutin dilakukan setiap tahun ini.

Nayaga memainkan goong renteng (gamelan Embah Bandong) (foto doc pribadi)
Nayaga memainkan goong renteng (gamelan Embah Bandong)
(foto doc pribadi)

Acarapun dibuka, dimulai dengan memanjatkan doa terlebih dahulu, lalu sambutan – sambutan yang selalu ada disetiap acara. Kemudian para nayaga memainkan lagu – lagu  yang rutin dimainkan setiap helatan ngarumat pusaka. Lagu – lagu ini kebanyakan berisi cerita maupun petuah . Menurut informasi yang penulis dapatkan,  dari total 14 lagu ini masih ada beberapa lagu yang nadanya masih belum diketahui.

Begitulah serangkaian kegiatan acara “Ngarumat Pusaka”  di Situs Bumi Alit Kabuyutan Lebakwangi-Batu Karut, Arjasari yang digelar setiap tahun. Sebenarnya, setelah acara inti masih ada acara yang dilaksanakan tanggal 26 Desember 2015, yaitu Ngabungbang dimana para peserta Ngabungbang akan melepaskan apa yang ada didalam hati sambil diiringi gamelan.

Seuweu Siwi berkumpul di halaman Situs Bumi Alit (foto doc pribadi )
Seuweu Siwi berkumpul di halaman Situs Bumi Alit
(foto doc pribadi )